Rabu, 24 Oktober 2012

Latar belakang terbentukny Satuan Karya Dirgantara

Dimulai dengan Sejarah aeromodelling
Olahraga Aeromodelling merupakan olahraga Dirgantara yang tumbuh bersama-sama dengan dunia penerbangan baik sipil maupun militer. Di Indonesia pertama kali timbul di lingkungan TNI - AU melalui Kepanduan Pramuka Dirgantara.
Kegiatan pembuatan pesawat model ini dimulai sejak tahun 1946 bersamaan dengan dirintisnya pembuatan pesawat layang pertama di Yogyakarta ( Aeromodeller dan Pandu Udara ) dan berkembang ke kota-kota besar, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Surakarta.
Untuk menampung peminat yang makin banyak maka AURI ( TNI AU ) memberikan wadah "BIRO AERO CLUB" yang dibina oleh Kapten G. Reuneker, dan untuk pertama kalinya diadakan perlombaan pada tanggal 27 Januari 1952 di Pangkalan Udara Cililitan / Halim Perdanakusuma Jakarta yang diikuti Club-Club Aeromodelling kota-kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan.
Pada 9 April 1953 Biro Aero Club membuka kursus Aeromodelling di Jakarta yang mendapat perhatian besar dari masyarakat. Menyusul perlombaan selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1954, yang diikuti oleh Aero Club Jakarta, Bandung, Surabaya, Palembang, Banjarmasin, Makasar, Ambon dan perlombaan ini dilaksanakan setiap tahun.
Juni 1954 untuk pertama kalinya diadakan perkemahan Pandu Udara di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma yang dihadiri oleh 80 Pandu Udara dari seluruh Indonesia. Di dalam perkemahan ini dilaksanakan perlombaan kedirgantaraan. Perlombaan ini merupakan percobaan jajak pendapat untuk melihat animo masyarakat. Tujuan utamanya adalah untuk mendidik pelatih-pelatih khusus hingga pada tahun 1955 telah tercatat 35.000 anggota Pandu Udara di seluruh Indonesia.

Kegiatan Aero Club mulai nampak dengan berdirinya Aero Club di kota-kota besar antara lain : Aviantara di Bandung, Jakarta Aero Club di Jakarta, Pemudara dan Yan Debrito di Yogyakarta, Surakarta Aero Club di Surakarta, Malang Aero Club di Malang.
Perlombaan tahun 1957, bagi pemenang / juara perlombaan dipilih untuk dikirim ke Yugoslavia mengikuti pendidikan Terbang Layang.Tahun 1960 TNI AU bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( P&K ) menyelenggarakan pendidikan Kursus Aeromodelling dan Peroketan (K.A.P) bertempat di Wing Pendidikan 04 Lanud Adi Sumarno.
Pendidikan K.A.P ini diikuti oleh siswa-siswa daerah, baik anggota TNI, Sipil TNI, Guru maupun Pramuka. K.A.P berjalan sampai beberapa periode. Dari hasil pendidikan K.A.P tumbuh masukan-masukan / usul-usul daerah untuk menghimpun perkumpulan-perkumpulan / club-club Aeromodelling dalam satu organisasi.
Dari masukan-masukan / usulan-usulan, Letnan Suhartono ( Kepala Kursus Aeromodelling dan Peroketan ) memprakarsai untuk mengadakan pertemuan membahas organisasi Aeromodelling.
Tahun 1962 di Hotel Merdeka Solo terlaksana diselenggarakan Rapat Rencana Pembentukan Organisasi Aeromodelling, yang dipimpin oleh Letnan Suhartono.
Dari hasil rapat disepakati terbentuknya Organisasi Aeromodelling dengan nama Federasi Aeromodelling Seluruh Indonesia disingkat FASI, yang kemudian nama FASI dijadikan nama dari induk seluruh cabang olahraga dirgantara di Indonesia. Sebagai pusat Organisasi adalah kota Solo di Skadik 011 Wing pendidikan 04, khususnya dalam mengembangkan olahraga dirgantara dikalangan Pramuka.
Pada tahun 1966 telah diadakan kerjasama antara kwartir nasional Gerakan Pramuka dengan kepala staf TNI Angkatan Udara, dengan membentuk satuan karya Dirgantara / Kompi-Kompi Pramuka Angkasa dengan menyelenggarakan pendidikan diantaranya Aeromodelling. Dalam upacara pembukaannya ditandai dengan demonstrasi Aeromodelling, Terbang Layang, Terjun Payung, Pesawat Bermotor serta peluncuran Roket yang diselenggarakan di Pulo Mas dengan Inspektur Upacara Bung Karno.
Untuk tinggal landas digunakan jalan By Pass sebagai landasan pesawat terbang layang dengan pesawat penarik AUSTER dan di Senayan Jakarta. Tanggal 10 s/d 20 November 1968 diselenggarakan Loka Karya Nasional Pramuka dengan ANUDIRGA ( Andalan Nasionala Urusan Dirgantara ) Bapak Kardono di Jakarta ( Halim Perdanakusuma ).
Olahraga Aeromodelling ini dilombakan baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Sejak tahun 1978 olahraga ini sebagai cabang yang dilombakan ekshibisi di PON ( Pekan Olahraga Nasional ) sampai PON XI 1981. Namun pada PON XII tahun 1989 cabang olahraga Aeromodelling tidak lagi diperlombakan / dipertandingkan. Kemudian pada tahun 2000 mulai lagi dilombakan dalam PON XV di Jawa Timur. Selain melaksanakan / mengikuti lomba Aeromodelling juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan PB FASI seperti Jambore Aero Sport, Safari FASI dan lainnya.

Selasa, 23 Oktober 2012

Pembuatan Pesawat cesna 130-46 dari styrofoam

Membuat pesawat model cesna 130-46 dari papan styrofoam 6mm

Bila anda ingin memulai hobi membuat pesawat model fix wing versi remote control, kali ini saya mengajak anda bagaimana membuat pesawat cesna 130-46 berbahan papan styrofoam dengan ketebalan 6mm.
Membuat pesawat ini lebih mudah jika anda menggunakan kayu balsa, karena bentuk fuselage adalah pipih dengan ketebalan 6mm sesuai dengan bahan yang digunakan. Bahan ini biasanya digunakan untuk hiasan dan dilapisi dengan bermacam warna ada yang merah, kuning, hijau atau putih. Mungkin anda juga menemukan warna-warna lainnya.
Peralatan yang harus anda siapkan terlebih dahulu adalah:
  1. Cutter kertas yang tajam atau pisau hobi biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk.
  2. Template yang diprint dan dipotong seseuai dengan komponen pesawat seperti: elevator, ruder, fuselage dan sayap. Klik disini untuk mendapatkan template tersebut. File tersebut saya beli di salah satu situs yang tertera dalam gambar tersebut.
  3. Lem panas (hot glue). Ini lem andalan para pembuat pesawat model, karena cepat mengering dan mudah digunakan secara cepat.
  4. Isolasi
  5. Bambu
  6. Kawat baja 1.5 mm.

Langkah yang dilakukan 

 Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat pesawat model ini adalah:
  1. Print template tersebut ke kertas sesuai dengan ukuran kertas yang digunakan A4/Legal. Gunakan skala 100% agar sesuai dengan ukuran sebenarnya.
  2. Sambung kertas menjadi satu lembar dengan menggunakan isolasi. Kemudaian potong bagian-bagian pesawat seperti fuselage, ruder, elevator, wing.
  3. Letakkan potongan template diatas lembar  styrofoam, potong mengikuti pola template.
  4. Satukan bagian-bagian dengan menggunakan hot glue.

Fuselage

 
Fuselage adalah badan pesawat, disini berupa papan, tidak utuh seperti pesawat model skala karena dibuat dari papan styrofoam agar mudah dibuat. Belajar membuat pesawat rc pertamakali yang dipentingkan adalah prinsip terbangnya dulu yang dikuasai, mengenai bentuk yang menyerupai sebenarnya diabaikan agar pesawat mudah dibuat. Agar fuselage lebih kuat saya menambahkan potongan bambau yang diserut dan dilem dibagian pinggir fuselage dengan menggunakan hot glue. Hasilnya fuselage menjadi lebih kaku. Saya juga menambahkan potongan bambu pada fuselage dibagian tengahnya.
 
Memasang bagian-bagian dari fuselage yaitu ruder dan elevator memerlukan kesabaran yang tinggi karena ada bagian yang bergerak yang ditarik dengan servo. Untuk menyatukannya dapat digunakan isolasi panas yang dipotong segi-empat memanjang kemudian disatukan dengan hot-glue dengan terlebih dahulu melukai styrofoam dibagian tengahnya.

Wing

 Bagian sayap atau disebut dengan wing, merupakan bagian yang paling utama pda pesawat model fix-wing, karena merupakan bagian yang mengangkat pesawat menuju langit biru. Bagian ini haruslah kokoh agar tidak mudah lepas ketika terbang. Namun kadang-kadang mengganggu untuk diangkut ke lapangan terbang karena memiliki rentang yang paling panjang. Saya memutuskan agar sayap dapat dilepas menjadi dua bagian dengan memberikan pen terbuat dari bambu kemudian dilem dengan hot-glue.
Untuk merakit sayap juga diperlukan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi agar sayap dapat terpasang dengan kokoh. Gunakan hot-glue atau sering disebut dengan lem tembak untuk menyatukan pen ke sayap. Saya menambahkan geometri airfoil agar proses penyatuan sayap dengan pen bambu menjadi lebih kuat karena menjadi lebih tebal.
Sayap tidak menggunakn airfoil layaknya pesawat model skala, agar pembuatannya lebih mudah sayap tetap dipertahankan datar pada bagian atas dan bawah, sehingga hanya mengandalkan aliran udara secara laminer.

Berat badan pesawat

Berat badan pesawat haruslah diperhitungkan dan seimbang dengan daya dorong dan luas sayap untuk membangkitkan daya angkat. Dalam dunia penerbangan atau aeromodelling disebut dengan AUW (Airframe Unit Weight). Pesawat ini memiliki AUW total keseluruhan  sekitar 380gr, sehingga daya dorong minimal sama dengan AUW dikurangi dengan daya angkat sayap.

Dalam gambar saya belum memasang stick penyangga sayap kiri dan kanan agar memiliki dihedral (sudut sayap) yang tetap.

Power Loading


Untuk membangkitkan daya dorong pesawat digunakan motor jenis   BC-2212/6, 2200kV disupply dengan batery LIPO 1000mAH, 20C, 2S. Setelah diukur memiliki daya dorong sekitar 620gr full throtle. Dengan demikian power loadingnya adalah 620/380=1.63.
Propeller yang digunakan adalah 9×4.7, termasuk slow flyer, karena cesna ini memang direncanakan pada kecepatan pelan untuk belajar sebagai pilot aeromodelling.

Landing Gear

 Agar pesawat model ini dapat mendarat layaknya pesawat terbang, diperlukan roda pendarat atau disebut landing gear pada bagian belakang dan depan. Bahan yang dignakan adalah kawat baja 1.5mm bisa dibeli di toko besi. Sedangkan roda menggunakan roda dari gabungan plastik dan spon keras, bisa dibeli di toko aeromodelling. Bagian depan menggunakan dua roda sedangkan bagian belakang menggunakan satu roda. Roda depat dikaitkan ke kayu penguat motor brushless dan dilem dengan hot-glue. Roda bagian belakang disambungkan ke rudder agar dapat melakukan taxi-way layaknya pesawat sungguhan.

Senin, 22 Oktober 2012

Mengenang Pahlawan Dirgantara




Mengenang Pahlawan Dirgantara



1302331525312239432
Ilustrasi/Admin (KOMPAS)
Pada 17 Oktober 1947, penerjunan pasukan pertama kali dilaksanakan oleh AURI di Sambi, Kecamatan Rantaipulut, Kotawaringin,  Kalimantan Tengah.Dilaksanakan atas permintaan Gubernur Kalimantan Pangeran Muhammad Noor, Ir.  Permohonan tersebut terkait dengan dukungan AURI untuk menembus blokade Belanda. Gubernur ingin pasukan payung yang terdiri atas putra daerah Kalimantan dikirim, terutama yang mampu berbahasa Dayak Kahayan. Hanya berbekal latihan singkat saja, 13 prajurit langsung diterjunkan ke Kotawaringin. Dengan pesawat Dakota RI- 002 yang diterbangkan pilot Robert Earl Freeberg, kopilot Makmur Suhodo, dan jumping master Amir Hamzah serta pemandu jalan Mayor Tjilik Riwut, 12 prajurit AURI berhasil terjun dan mendarat dengan selamat, seorang berhalangan ikut karena sakit. Setelah bergerilya selama 35 hari, tanggal 23 November 1947 mereka terkepung di tepi anak sungai Kahayan. Dalam pertempuran tersebut tiga anggota pasukan payung gugur, yaitu Iskandar, Achmad Kosasih, dan Hadisumantri. Sementara seluruh sisa anggota pasukan ditangkap Belanda dan dijebloskan di Penjara Nusakambangan. Penerjunan pasukan di Kotawaringin ini kemudian tercatat dalam sejarah sebagai Operasi Penerjunan Militer Pertama di Indonesia.
18 Mei 1958, Kapten Udara Ignatius Dewanto sudah siap di kokpit pesawat Mustang dengan nomor ekor F-338 di apron Lapangan Terbang Liang,Ambon. Saat terdengar adanya pesawat B-26 Invader menyerang Kota Ambon, Dewanto segera memacu sang Mustang F-338 ke ujung runway dan take off. Dia bergerak cepat menyerang pesawat musuh tersebut. Dewanto berhasil menembak jatuh pesawat B-26 Invader yang dikemudikan Allan Lawrence Pope dan juru radio Hary Rantung di perairan Maluku. Hal ini tertuang dalam pengakuan Allan Lawrence Pope kepada tim pemeriksa seperti tertera dalam berita acara pemeriksaan pada persidangan tentara di Jalan Sabang Jakarta. Hal yang sama dijelaskan pula oleh Prof Dr Priyatna Abdurrasyid, jaksa yang diperintahkan Jaksa Agung Soeprapto untuk membantu AURI melakukan pemeriksaan terhadap Allan Pope di tempat tahanannya di Kaliurang,Yogyakarta. Allan Pope mengatakan kepadaProf. Priyatna bahwa tembakan mematikan datang dari Mustang yang menyerang dan menembak tepat pada mesin pesawat - nya. Allan Lawrence Pope adalah tentara bayaran, seorang pilot mantan agen CIA yang digunakan oleh pihak pemberontak Permesta di Indonesia timur dalam memperkuat Angkatan Udara Revolusioner (AUREV). Selain di Indonesia, dia juga beberapa kali bertugas di Vietnam.
17 Mei1962, sebuahperistiwa tragis dialami pesawat Dakota T- 440 dalam misinya menerjunkan pasukan di daerah musuh. Pada Operasi Gajah Putih I yang berlangsung antara tanggal 15 hingga 17 Mei, dua pesawat Dakota bertugas ke Kaimana, daerah yang masih di bawah kekuasaan Belanda,menerjunkan 27 orang prajurit Yon 454-BR/ PARA,1 peleton PGT-AU, serta 30 koli barang dukungan logistik. Kedua pesawat tersebut adalah Dakota dengan nomor ekorT-480 danT-440.  Pada saat pesawat Dakota AURI dari Skuadron 2 dengan registrasi T-440 meninggalkan dropping zone menuju Ambon, semua berjalan normal. Jam menunjukkan pukul 05.00, Kapten Udara Djalaludin masih dengan tenang memegang kemudi, menerbangkan T-440 pada ketinggian yang sangat rendah untuk menghindari pantauan radar Belanda. Sementara itu sinar matahari mulai muncul, menghadirkan terang tanah dan karena cuaca cukup baik, jarak pandang menjadi cukup jauh.Tidak berapa lama terlihat pesawat Neptune Belanda memergoki T-440. Satu keadaan yang sangat sulit dihadapi Kapten Djalaludin, pesawat yang dikemudikannya, Dakota,memiliki kecepatan yang jauh lebih rendah dari kecepatan pesawat Neptune Belanda.
Di samping itu, tentu saja Dakota menjadi sasaran empuk karena tidak bersenjata sama sekali. Tidak langsung menyerah begitu saja, Kapten Djalaludin beserta seluruh kru berusaha s e k u a t tenaga untuk bisa keluar dari situasi yang sulit ini. Dia segera menurunkan ketinggian pesawat sampai serendah mungkin yang bisa dicapainya. Demikian rendah sehingga percikan air laut sebagai akibat dari putaran baling-balingnya terlihat jelas dan bahkan sempat menghantam badan pesawat. Tidak sekadar terbang rendah, Kapten Djalaludin juga menerbangkanT-440 secara zigzag dalam upaya semaksimal mungkin menghindari tembakan. Namun, sekali lagi karena memang sudah menjadi sasaran empuk bagi Neptune, tidak lama tembakan pesawat musuh pun tepat mengenai sayap dan tangki bahan bakar. Api menyala dan dengan cepat menjalar ke seluruh sayap dan badan pesawat. Dengan satu guncangan hebat,akhirnya pesawat pun tidak dapat dikendalikan lagi dan tercebur ke laut. Pada saat terakhir pesawat nahas ini masih sempat mengirim berita ke Dakota T-480 yang dikemudikan Kapten Udara Hamsana. Dalam kepanikan yang mencekam saat-saat terakhir pesawat masuk laut, seluruh kru berhasil menyelamatkan diri keluar pesawat menggunakan perahu karet. Dari dua perahu karet yang ada, hanya satu yang masih dapat dipergunakan karena tertembus peluru Neptune.  Seluruh awak pesawat selamat dan langsung diangkut dari perairan yang ganas oleh kapal Belanda “Friesland”. Mereka dijebloskan di Penjara Fak Fak dan sebagaimana tawanan perang mereka langsung diinterogasi oleh aparat intel Belanda dengan segalamacamperlakuanyangkeji. Kononparapilotdiludahimukanya dan seluruh awak dicabut kukunya. Dengan ketabahan yang luar biasa,mereka sebagai pejuang Angkatan Udara yang tidak kenal menyerah berhasil bertahan. Mereka berpindahpindah penjara mulai dari Kota Baru Waena di Holandia (Jayapura sekarang), kemudian ke penjara Wundi dekat kota Biak.    Setelah gencatan senjata tercapai, akhirnya Kapten Djalaludin Tantu beserta seluruh awak pesawat diboyong kembali ke Jakarta menggunakan pesawat Hercules UNTEA.
21 Mei 1962, Setelah terpisah saat terjun, 50 orang Pasukan Gerak Tepat (PGT) yang diberi tugas dalam rangka pembebasan Irian Barat berhasil berkumpul di kampung Wersar, Teminabuan, Irian Barat–kini Provinsi Papua. Sekitar jam 10.00 pagi waktu setempat Sersan Mayor Udara (SMU) Mengko mengeluarkan sebuah bendera Merah Putih dari ranselnya. Dengan menggunakan batang bambu sepanjang kira-kira 4 meter, SMU Mengko menancapkan bendera Merah Putih untuk pertamakalinya di bumi Irian Barat.Peristiwa itu menjadi catatan sejarah karena untuk pertama kalinya sang saka Merah Putih berkibar di tanah Papua yang pada waktu itu masih berada di bawah kekuasaan kolonial Kerajaan Belanda. Itulah sebagian dari banyak kisah heroik yang telah diukir Angkatan Udara sepanjang perjuangan dan pengabdiannya menegakkan kedaulatan serta kehormatan Ibu Pertiwi.
Mungkin saja, dari peristiwa yang diuraikan di atas, masih banyak di antara kita yang tidak mengetahuinya. Kali ini, tepatnya di hari ini, sengaja disajikan kembali terutama dengan niat tulus untuk menghadirkannya lagi sebagai penghormatan yang tinggi kepada para pahlawan dirgantara pembela bangsa, dalam rangka turut memperingati Hari Angkatan Udara 9 April 2011. Dirgahayu TNI-AU! Swa Buana Paksa!

Minggu, 21 Oktober 2012

Pesawat dari kayu balsa



Pecinta
aeromodeling pasti mengenal kayu balsa sebagai bahan untuk membuat pesawat model. Kayu balsa (Acroma Bicalor) mempunyai berat jenis 0,29 kg, lentur, dan tidak gampang lapuk, yang menjadikannya cocok sebagai bahan pesawat model.


Sebetulnya banyak jenis kayu yang dapat pula dipakai sebagai bahan pesawat
aero model, seperti kayu agatis, sengon, dan randu. Namun, kayu balsa tetap menjadi pilihan terbaik sampai sekarang, lantaran ringan dan lentur. Karena sifatnya itu, kayu balsa pun bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya, dibuat pelampung kapal, rakit, perahu, kerajinan tangan, atau bahan bangunan, seperti usuk, reng, dan maket bangunan.


Pohon kayu balsa yang berasal dari Costarica, Amerika Latin, masuk ke Indonesia sekitar abad ke 18. Sekarang ini, pohonnya dapat dijumpai di berbagai tempat di Tanah Air, antara lain di Jember, Ciamis, Tasikmalaya, Cilacap, Bogor, Bali, Gorontalo, Palu, Papua, dan Kalimantan Tengah.


"Kayu balsa masuk ke Jawa Barat, khususnya ke Tasikmalaya dan Ciamis, tahun 1928-an. Pihak perhutanan Belanda menanamnya secara teratur di berbagai tempat," papar Jony, seorang penanam kayu balsa di kawasan Tasikmalaya dan Ciamis, di rumahnya di Tasikmalaya, Januari lalu.


Tahun 1946, lanjut Jony, beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Belanda menyerahkan berbagai hutan luas yang terdiri dari bermacam-macam tanaman, termasuk hutan kayu balsa kepada Indonesia. "Karena mungkin dianggap tidak produktif dan belum tahu manfaatnya, tidak seperti hutan jati, mahoni, sengon, dan agatis. Tahun 1971-an hutan kayu balsa dimusnahkan. Barulah pada beberapa tahun lalu, mulai ada orang yang menanam kayu balsa. Itupun setelah ada permintaan dari masyarakat, antara lain untuk bahan pesawat
aero model," ujarnya.


Masih tumpang sari


Sampai sekarang, belum ada perkebunan atau hutan khusus berupa hamparan tumbuhan kayu balsa yang teratur. Tumbuhnya, umumnya, tumpang sari atau bercampur dengan tanaman lain.


"Menanam pohon kayu balsa itu dengan bijinya. Biji yang akan ditanam itu dimasukkan ke dalam air panas, lalu dibiarkan selama dua hari atau sampai kulit luarnya terlepas, " Jony menerangkan cara bercocok tanam kayu balsa.


Untuk memperoleh batang yang bagus, yaitu kayu empuk dan ringan, katanya, sebaiknya menanam biji kayu balsa di daerah lembab atau dekat air. Sebaliknya, jika ditanam di tanah yang keras dan kering, kayu pun akan keras sehingga kurang baik untuk
aero model plane. Cara penanaman yang baik dengan jarak 4-5 meter antara pohon satu dengan pohon lainnya. Kayu yang pas akan didapat setelah pohon berusia 4-5 tahun.


Biasanya, batang pohon kayu balsa dipotong dengan ukuran 110 cm, dan setelah diolah menjadi lembaran siap dipakai, rata-rata panjangnya 91 cm. Sementara tebalnya bervariasi, mulai dari 1 mm sampai 10 mm. Demikian lebarnya, ada yang 2,5 cm, 5 cm, 7,5 cm, dan 10 cm. "Dari satu kubik batang kayu balsa, setelah dipotong-potong dan diolah, bahan yang ideal untuk pesawat model hanya sekitar sepertiga bagiannya atau 30 persennya," ujat Ir. Tj. Imin Setiawan, perajin kayu balsa, di pabriknya di Tasikmalaya.


Menurut Imin, beberapa pecinta
aero model plane masih membeli kayu balsa dari luar negeri, seperti dari Singapura, Jepang, dan Amerika. Alasannya, kualitasnya lebih baik, seperti lebih presisi.


Menurut F.A. Boji Subari AS, aeromodeler dari Diklat Penerbangan Yayasan "Tutuko", Surakarta, pada pesawat model jenis control line (U Control) khususnya untuk F2 B (aerobatic) dan F2 C (team race), yang terbuat dari kayu balsa biasanya bagian badan, sayap, dan ekor, sedangkan F2 D (combat) hanya pada badan dan ekor atau stabilo. Sementara itu, hampir seluruh bagian helikopter model tidak ada yang dibikin dari kayu balsa.

Sejarah Singkat tentang saka Dirgantara

SAKA DIRGANTARA

Satuan Karya ( Saka ) Dirgantara

Satuan Karya Pramuka (Saka) Dirgantara adalah wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis di bidang kedirgantaraan guna menumbuhkan kesadaran untuk membaktikan dirinya dalam pembangunan nasional.
Tujuan dibentuknya Saka Dirgantara adalah untuk memberikan suatu wadah kegiatan dan latihan di bidang kedirgantaraan bagi anggota Gerakan Pramuka melalui kegiatan nyata dan praktis di bidang kedirgantaraan yang berguna, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Kegiatan kesakaan dilaksanakan di gugusdepan dan satuan karya Pramuka disesuaikan dengan usia dan kemampuan jasmani dan rohani peserta didik. Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan sedapat-dapatnya dengan praktek berupa kegiatan nyata yang memberi kesempatan peserta didik untuk menerapkan sendiri pengetahuan dan kecakapannya dengan menggunakan perlengkapan yang sesuai dengan keperluannya.
Yang dapat menjadi anggota Saka Dirgantara adalah :
1. Pramuka penggalang, usia 14 tahun ke atas, yang sudah mencapai tingkat Penggalang Terap.
2. Pemuda berusia 16-25 tahun, dengan syarat khusus
3. Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
Saka Dirgantara meliputi 3 (tiga) krida, yaitu :
1. Krida Olahraga Dirgantara
2. Krida Pengetahuan Dirgantara
3. Krida Jasa Kedirgantaraan
Krida Olahraga Dirgantara, terdiri atas 5 (lima) SKK :
1. SKK Pesawat Bermotor
2. SKK Pesawat Tak Bermotor
3. SKK Aero Modelling
4. SKK Terjun Payung
5. SKK layang Gantung.
Krida Pengetahuan Dirgantara, terdiri atas 5 (lima) SKK :
1. SKK Navigasi Udara
2. SKK Pengatur Lalulintas Udara
3. SKK Meteorologi
4. SKK Fasilitas Penerbangan
5. SKK Aerodinamika.
Krida Jasa Kedirgantaraan, mempunyai 4 (empat) SKK :
1. SKK Teknik Mesin Pesawat Udara
2. SKK Komunikasi
3. SKK Struktur Pesawat
4. SKK Search And Rescue (SAR).
Hasil yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan Saka Dirgantara adalah :
1. Memiliki Kecakapan dan keterampilan serta sikap dan usaha tertentu di bidang kedirgantaraan.
2. Memiliki rasa bangga memperoleh TKK yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
3. Memperoleh kecakapan khusus yang diakui oleh instansi pemerintah maupun swasta serta masyarakat sehingga bermanfaat secara nyata untuk dapat memperoleh pekerjaan.
4. Mampu menimbulkan rasa cinta Dirgantara di kalangan Pramuka, Pemuda dan masyarakat.
Aeromodelling adalah suatu kegiatan yang mempergunakan sarana miniatur (model) pesawat terbang untuk tujuan rekreasi, edukasi dan olahraga.


Kegiatan ini umumnya digemari oleh peminat ilmu pengetahuan dan teknologi secara perorangan ataupun yang tergabung dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, kelompok atau komunitas.

Pada dasarnya peminat aeromodelling ini secara alami terbagi dalama 3 kategori:
  • Aeromodelling sebagai sarana untuk bersenang-senang (fun).
  • Aeromodelling sebagai sarana menimba dan memperdalam ilmu pengetahuan.
  • Aeromodelling sebagai sarana pencapaian prestasi olahraga kedirgantaraan.

Pada umumnya kategori dua yang terakhir saling berhubungan erat dan konsisten dalam menjalankan kegiatan ini. Kegiatan aeromodelling tidak semata-mata mempersiapkan remaja untuk berprofesi dalam dunia penerbangan karena ada 2 pengaruh sosial. Pertama yaitu melatih ketekunan, kesabaran dan ketelitian serta menikmati keindahan, kedua mendapatkan nilai tambah/bekal untuk berkarier di dalam dunia penerbangan.

Aeromodelling Indonesia semakin lama semakin berkembang. Aeromodelling merupakan olahraga Dirgantara yang tumbuh bersama-sama dengan dunia penerbangan baik sipil maupun militer. Di Indonesia aeromodelling pertama populer di lingkungan TNI - AU melalui Kepanduan Pramuka Dirgantara.

Kegiatan pembuatan pesawat model ini dimulai sejak tahun 1946 bersamaan dengan dirintisnya pembuatan pesawat layang pertama di Yogyakarta ( Aeromodeller dan Pandu Udara ) dan berkembang ke kota-kota besar, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Surakarta.

Untuk menampung peminat yang makin banyak maka AURI ( TNI AU ) memberikan wadah "BIRO AERO CLUB" yang dibina oleh Kapten G. Reuneker, dan untuk pertama kalinya diadakan perlombaan pada tanggal 27 Januari 1952 di Pangkalan Udara Cililitan atau Halim Perdanakusuma Airport yang diikuti klub-klub aeromodelling dari kota-kota di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan.

Pada 9 April 1953 Biro Aero Club membuka kursus aeromodelling di Jakarta yang mendapat perhatian besar dari masyarakat. Menyusul perlombaan selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1954, yang diikuti oleh Aero Club Jakarta, Bandung, Surabaya, Palembang, Banjarmasin, Makasar, Ambon dan perlombaan ini dilaksanakan setiap tahun.

Juni 1954 untuk pertama kalinya diadakan perkemahan Pandu Udara di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma yang dihadiri oleh 80 Pandu Udara dari seluruh Indonesia. Di dalam perkemahan ini dilaksanakan perlombaan kedirgantaraan. Perlombaan ini merupakan percobaan jajak pendapat untuk melihat animo masyarakat. Tujuan utamanya adalah untuk mendidik pelatih-pelatih khusus hingga pada tahun 1955 telah tercatat 35.000 anggota Pandu Udara di seluruh Indonesia.

Kegiatan Aero Club mulai nampak dengan berdirinya Aero Club di kota-kota besar antara lain: Aviantara di Bandung, Jakarta Aero Club di Jakarta, Pemudara dan Yan Debrito di Yogyakarta, Surakarta Aero Club di Surakarta, Malang Aero Club di Malang.

Perlombaan tahun 1957, bagi pemenang perlombaan dipilih untuk dikirim ke Yugoslavia mengikuti pendidikan Terbang Layang.Tahun 1960 TNI AU bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( P&K ) menyelenggarakan pendidikan kursus aeromodelling dan Peroketan (K.A.P) bertempat di Wing Pendidikan 04 Lanud Adi Sumarno.

Pendidikan K.A.P ini diikuti oleh siswa-siswa daerah, baik anggota TNI, Sipil TNI, Guru maupun Pramuka. K.A.P berjalan sampai beberapa periode. Dari hasil pendidikan K.A.P tumbuh masukan-masukan / usul-usul daerah untuk menghimpun perkumpulan atau klub-klub aeromodelling dalam satu organisasi.

Dari masukan-masukan atau usulan-usulan, Letnan Suhartono ( Kepala Kursus Aeromodelling dan Peroketan ) akhirnya memprakarsai untuk mengadakan pertemuan membahas organisasi aeromodelling.

Tahun 1962 di Hotel Merdeka Solo terlaksana diselenggarakan Rapat Rencana Pembentukan Organisasi Aeromodelling, yang dipimpin oleh Letnan Suhartono.

Dari hasil rapat disepakati terbentuknya organisasi aeromodelling dengan nama Federasi Aeromodelling Seluruh Indonesia disingkat FASI, yang kemudian nama FASI dijadikan nama dari induk seluruh cabang olahraga dirgantara di Indonesia. Sebagai pusat Organisasi adalah kota Solo di Skadik 011 Wing pendidikan 04, khususnya dalam mengembangkan olahraga dirgantara dikalangan Pramuka.

Pada tahun 1966 telah diadakan kerjasama antara kwartir nasional Gerakan Pramuka dengan kepala staf TNI Angkatan Udara, dengan membentuk satuan karya Dirgantara atau Kompi-Kompi Pramuka Angkasa dengan menyelenggarakan pendidikan diantaranya aeromodelling. Dalam upacara pembukaannya ditandai dengan demonstrasi aeromodelling, terbang layang, terjun payung, pesawat bermotor serta peluncuran roket yang diselenggarakan di Pulo Mas dengan inspektur upacara Bung Karno.

Untuk tinggal landas digunakan jalan By Pass sebagai landasan pesawat terbang layang dengan pesawat penarik AUSTER dan di Senayan Jakarta. Tanggal 10 - 20 November 1968 diselenggarakan Loka Karya Nasional Pramuka dengan ANUDIRGA (Andalan Nasional Urusan Dirgantara Bapak Kardono di Jakarta (Halim Perdanakusuma).

Olahraga aeromodelling ini dilombakan baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Sejak tahun 1978 olahraga ini sebagai cabang yang dilombakan ekshibisi di PON (Pekan Olahraga Nasional) sampai PON XI 1981. Namun pada PON XII tahun 1989 cabang olahraga aeromodelling tidak lagi diperlombakan. Kemudian pada tahun 2000 mulai lagi dilombakan dalam PON XV di Jawa Timur. Selain melaksanakan lomba aeromodelling juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan PB FASI seperti Jambore Aero Sport, Safari FASI dan lainnya.